Inilah Perusak-Perusak Akidah, Janganlah Abai!

Inilah Perusak-Perusak Akidah, Janganlah Abai!

Akidah adalah landasan utama bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan yang benar. Akidah juga berfungsi sebagai pengikat yang menjaga agar seorang muslim tidak terombang-ambing oleh terpaan fitnah. Sebagaimana tali yang menjaga kekokohan sebuah ikatan, akidah menjaga kestabilan keyakinan seorang muslim. Namun, seperti halnya tali yang dapat putus jika ada yang memutuskannya, akidah pun bisa rusak jika ada yang merusaknya. Rusaknya akidah membuat rusaknya kehidupan dan ia menjadi orang yang merugi. Allah berfirman,

“وَمَن يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ”

Artinya: “Barang siapa yang mengkufuri keimanan maka amalannya akan sia-sia dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (al-Ma-idah: 5)

Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan maksud dari penggalan ayat ini adalah barang siapa yang menghalalkan hal-hal yang haram dan mengharamkan hal-hal yang halal maka amalannya akan sia-sia dan dia di akhirat termasuk orang yang sengsara.

Orang-orang yang telah rusak akidahnya disebutkan sebagai orang-orang yang merugi, karena mereka mengira bahwa perbuatan salah yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran. Dengan demikian, waktu yang Allah berikan terbuang sia-sia, dan pada akhirnya mereka akan mendapatkan balasan yang buruk di akhirat. Mereka tidak menyadari bahwa amal yang mereka anggap baik justru mengarah pada kehancuran, karena tidak didasari akidah yang benar. Allah ta`ala berfirman,

“قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Artinya: “Katakanlah: “Apakah kami (harus) mengabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang merugi amalannya?” Mereka adalah orang yang sesat perbuatannya di dunia namun mereka menyangka perbuatannya adalah kebaikan.”  (al-Kahfi: 103-104)

Kesesatan-kesesatan yang mereka lakukan tidak lain karena disebabkan mereka menganggapnya sebagai sebuah kebaikan. Oleh karena itu, seorang muslim harus menghindari segala sesuatu yang dapat merusak akidahnya dan di antara perusak akidah adalah:

  1. Menyekutukan Allah (kesyirikan)

Seseorang yang menyekutukan Allah maka ia cenderung mengganti sesembahannya, tidak hanya kepada Allah. Ketika seseorang mengganti sumber kebenarannya maka tujuan hidupnya bukan lagi untuk Allah. Karena kesyirikan merupakan kezaliman. Allah ta`ala berfirman,

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar” (Luqman: 13)

Sebuah kezaliman pasti melahirkan kehancuran dan kebinasaan, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi ﷺ bersabda,

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Kezaliman adalah kegelapan-kegelapan hari kiamat” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu, Allah mengancam para pelaku kesyirikan tidak akan mendapat ampunan. Allah berfirman,

“إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ”

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni kesyirikan kepadanya dan mengampuni (dosa) lainnya bagi yang Allah kehendaki” (an-Nisa`: 48)

 

  1. Kebid`ahan

Kebid’ahan atau menciptakan hal baru dalam beragama adalah salah satu penyebab rusaknya akidah. Dalam praktik kebid’ahan, biasanya kebid’ahan diperkenalkan dengan cara yang tampak baik, meskipun tidak didasarkan wahyu. Hal ini dapat menjauhkan seseorang dari memahami agama Islam dengan pemahaman yang benar. Maka, Nabi Muhammad ﷺ tegas dalam menyikapi kebid`ahan dalam beragama, seakan-akan beliau meramalkan bahwa setelah meninggalnya beliau, akan muncul kebid`ahan-kebid`ahan dalam beragama. Nabi ﷺ bersabda,

“من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد”

Artinya: “Barangsiapa yang membuat suatu hal yang baru dalam beragama, maka ia akan tertolak”  (HR. Bukhari & Muslim)

Dan juga bersabda,

“من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهورد”

Artinya: “Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak sesuai dengan perintah kami, maka amal tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam Zadul Ma`ad menjelaskan makna kedua hadits ini, “Kebid’ahan adalah kesalahan yang paling berbahaya dalam agama. Setiap amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ, meskipun tampak baik menurut pandangan manusia, tidak akan diterima oleh Allah.”

 

  1. Kebodohan

Kebodohan dapat menjadi penyebab utama kehancuran dalam hidup seseorang, karena tanpa pengetahuan yang benar, seseorang akan mudah terjerumus dalam kesalahan. Terlebih lagi, kebodohan dalam beragama adalah hal yang sangat berbahaya, karena bisa mengarah pada penyimpangan dalam keyakinan dan amalan, yang pada akhirnya dapat merusak Akidah. Allah berfirman,

لِيَهْلِك مَن هَلَك عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَن حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ

Artinya: “agar binasa orang yang binasa dari kejelasan (ilmu) dan agar hidup orang yang hidup dari ilmu. (al-Anfal: 8)

Al-Qurthubi rohimahullah menjelaskan bahwa arti dari bayyinah dari ayat tersebut adalah wahyu dan petunjuk dari Allah.

Imam as-Syafi`i rohimahullah dalam Risalah-nya menyebutkan,

العلم ما قال الله وقال الرسول

Artinya: “Ilmu adalah perkataan Allah dan perkataan Rosul”

Kebodohan disebabkan oleh tidak adanya ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah. Jauhnya seseorang dari kedua sumber utama ini menyebabkan mereka terjerumus dalam kesesatan, tidak memahami ajaran agama dengan benar, dan akhirnya mengalami kebingungan dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu mereka yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan jadikan dia dekat dengan ilmu agama. Nabi ﷺ  Bersabda,

مَن يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Artinya: “Barang siapa yang Allah hendaki kebaikan, maka akan Allah jadikan dia memahami agama”

 

  1. Ghuluw (berlebih-lebihan)

Berlebih-lebihan dalam beragama, seperti berlebihan terhadap syariat atau berlebihan dalam menyikapi orang-orang saleh, dapat menyebabkan seseorang berpaling dari sumber agama yang hak, yaitu Al-Qur’an dan sunnah. Perilaku berlebihan ini berpotensi merusak akidah seseorang, karena bisa mengarah pada penyimpangan dalam memahami ajaran Islam yang benar. Nabi ﷺ bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّ مَن كان قَبْلَكُمْ هَلَكُوا بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ

Artinya: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam beragama karena sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian adalah berlebih-lebihan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

  1. Mengikuti tradisi orang-orang terdahulu yang salah

Hal ini menyebabkan pelakunya menjauhi sumber agama yang benar. Mereka lebih memilih mengikuti tradisi orang-orang terdahulu dan mengabaikan Al-Qur’an serta sunnah. Ketika kebenaran yang tidak sejalan dengan tradisi mereka disampaikan, mereka menolaknya. Allah berfirman,

اتَّخَذُوا۟ أَٓبَاءَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ

Artinya: “Mereka menjadikan pendahulu-pendahulu dan rahib-rahib mereka tuhan-tuhan selain Allah” (at-Taubah: 31)

Dan juga berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan jika dikatakan kepada mereka “Ikutilah apa yang Allah turunkan!”, mereka akan mengatakan “tetapi kami hanya mengikuti apa yang kami temui dari nenek moyang kami” padahal nenek moyang mereka tidak mengetahui apa pun dan mereka tidak diberi hidayah.” (al-Baqarah: 170)

Keegoisan untuk mengikuti nenek moyang yang salah akan merusak akidah untuk berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan sunnah.

 

  1. Fitnah Syubhat

Syubhat akan menyebabkan pelakunya terjerumus pada keharaman. Karena sesuatu yang bersifat samar bukanlah sebuah kebaikan yang jelas. Rosulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ

Artinya: “Sesungguhnya halal itu jelas dan haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat, tidak banyak yang mengetahuinya. Barang siapa yang meninggalkan syubhat maka dia telah menyelamatkan agama dan martabatnya. Barang siapa yang masuk ke dalam syubhat maka dia masuk ke dalam keharaman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

  1. Fitnah Syahwat

Ketertarikan berlebih untuk melampiaskan hawa nafsu akan membutakan hati seseorang hingga ia semakin jauh dari Allah, kemudian Allah akan binasakan dia. Allah berfirman,

وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Artinya: “Jika Kami ingin menghancurkan sebuah negeri, kami perintahkan penghuninya untuk bermewah-mewah (sampai) mereka berbuat kefasikan, maka pantaslah azab kami untuk mereka. Dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya” (al-Isra`:16)

Perusak akidah ini harus kita hindari dengan sungguh-sungguh agar akidah kita tetap bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah. Agar keyakinan kita tidak terpengaruh oleh penyimpangan-penyimpangan yang ada, kita dapat memastikan bahwa hidup kita tetap berada di jalan yang benar. Mengabaikan hal ini hanya akan membuat kita tergelincir dalam kesesatan yang mengarah pada kebinasaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk selalu berpegang teguh pada ajaran yang benar agar tidak menjadi bagian dari kaum yang sengsara dan dibinasakan di akhirat.

 

Maraaji`:

Al-Qur`an

Ighathat al-Lahfan, Ibn Qayyim

Tafsir al-Bagawi, al-Baghawi

Tafsir Ibn Katsir, Ibnu Katsir

Tafsir al-Qurthubi, al-Qurthubi

Zadul Ma`ad, Ibn Qayyim

 

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Insan Fathin, B.Sh.

Alumni Program Studi Syariah LIPIA Jakarta

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *