Jiwa kita secara naluriah tentu tidak menginginkan bahkan membenci sesuatu yang buruk. Semakin buruk sesuatu itu maka kita akan semakin menjauhkan diri kita darinya. Diantara sekian banyak hal buruk adalah sesuatu hal yang paling buruk yaitu kemusyrikan. Sekelas Nabi Ibrohim saja berdoa kepada Allah Ta’ala agar dirinya dan anak keturunannya dijauhkan dari menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana terabadikan dalam Al Qur’an,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrohim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala (kemusyrikan)”. (QS. Ibrohim [14] : 35)
Ibnu Katsir Rohimahullah (wafat Tahun 774 H)mengatakan,
يَنْبَغِي لِكُلِّ دَاعٍ أَنْ يَدْعُوَ لِنَفْسِهِ وِلِوَالِدَيْهِ وَلِذُرِّيَتِهِ
“Sudah seharusnya setiap orang yang memohon (kepada Allah) untuk mendoakan hal ini (dijauhkan dari kemusyrikan -pen) bagi dirinya sendiri, kedua orang tuanya dan anak keturunannya”.
Pun demikian, ketika kita mengetahui sesuatu yang buruk itu memiliki berbagai sisi buruk lainnya yang mungkin samar bagi sebagian orang. Maka kita pun akan semakin berusaha menjauhinya. Tak terkecuali kemusyrikan dengan segala macam dan ragamnya. Ketika kita paham dan mengerti berbagai sisi buruknya maka kita akan semakin berusaha menjauhkan diri kita darinya.
Berikut beberapa sisi buruk kemusyrikan :
Pertama, Kemusyrikan adalah menyamakan sesuatu yang sangat jauh berbeda. Yaitu menyamakan antara sesuatu yang diciptakan dengan Sang Penciptanya.
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Barangsiapa yang menyukutukan Allah dengan sesuatu apapun maka berarti dia telah menyamakan Allah dengan sesuatu itu. Dan inilah kezholiman yang paling zholim. Allah Subhana wa Ta’ala mengabadikan perkatan Luqman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah), ketika Luqman berwasiat kepada anaknya waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah (kemusyrikan) adalah benar-benar kezholiman yang besar”. (QS. Luqman [31] : 13)
Para ulama mengatakan bahwa kezholiman adalah meletakkan, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya yang seharusnya. Barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah berarti dia telah menempatkan ibadah tidak pada tempatnya, menyelewengkan sesuatu dari sesuatu yang sebenarnya. Itulah kezholiman terbesar”.
Kedua, Allah Ta’ala yang mana Dia adalah Dzat Yang Maha Luas AmpunanNya menyatakan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa kemusyrikan kecuali bertaubat darinya.
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah (syirik) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.
(QS. An Nisa [4] : 48)
Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan,
لَا يَغْفِرُ لِعَبْدٍ لَقِيَهُ وَهُوَ مُشْرِكٌ بِهِ
“Dia tidak mengampuni hamba-Nya (siapapun dia, apapun kedudukannya) yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan dia menyekutukan-Nya”.
Ketiga, Allah mengharamkan surga kepada orang-orang yang berbuat kemusyrikan dan tempatnya kekal di neraka.
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al Maidah [5] : 72)
Bayangkan hari dimana anda sangat butuh bantuan Allah Subhana wa Ta’ala tegaskan bahwa surga telah diharamkan untuk anda, neraka telah menanti anda dan anda tidak punya penolong sama sekali.
Keempat, Kemusyrikan membuyarkan seluruh amalan. Siapapun anda, apapun kedudukan anda jika anda berbuat kemusyrikan maka amal ibadah anda sebelumnya telah batal.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengingatkan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az Zumar [39] : 65)
Lihatlah bahaya kemusyrikan! Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam saja jika beliau melakukan kemusyrikan maka Allah Subhana wa Ta’ala akan hapuskan seluruh amalnya, apatah lagi dengan kita ?!
Kelima, Kemusyrikan adalah dosa besar yang paling besar.
Diriwayatkan dari Abu Bakroh Nufai’ bin Al Harits Rodhiyallahu ‘anhu, Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para shahabat,
ألا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبَرِ الكَبَائِرِ ؟ -ثلاثاً- قُلْنَا : بَلَى ، يَا رَسُول الله ، قَالَ :
الإشْرَاكُ بالله ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ
“Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa besar yang paling besar ?” Para shahabat menjawab, “Tentu wahai Rosulullah”. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah, durhaka pada kedua orang tua……………”.
Ibnul Qoyyim (wafat Tahun 751 H) Rohimahullah mengatakan, “Kemusyrikan adalah kezholiman yang paling zholim sedangkan tauhid adalah keadilan yang paling adil. Segala sesuatu yang meniadakan hal ini maka dialah dosa besar yang paling besar…”. Beliau juga mengakatan, “Tatkala kemusyrikan meniadakan tujuan mendasar ini (tauhid) maka jadilah kemusyrikan itu dosa besar yang paling besar”.
Keenam, Kemusyrikan adalah sebuah kekurangan dan aib.
Oleh sebab itulah Allah Subhana wa Ta’ala menyucikan diri-Nya dari segala macam kemusyrikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At Taubah [9] : 31)
Barangsiapa yang menyekutukan Allah berarti dia telah menentang Allah Subhana wa Ta’ala dan tujuan penciptaannya sendiri. Padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah menyucikan diri-Nya dari hal itu. Inilah bentuk penentangan terbesar kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala.
Ketujuh, menyebabkan darah dan hartanya halal.
Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولوُا لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ ، فَمَنْ قَالَهَا فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلاَّ بِحَقِّهِ ، وَحِسَابُهُ عَلَى الله
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa Tiada Sesembahan yang benar disembah kecuali Allah. Barangsiapa yang telah mengatakannya maka harta dan jiwanya (dalam riwayat lain disebutkan harta -pen) terlindungi kecuali yang merupakan ketentuan syariat dan hisabnya di sisi Allah”.
(Disadur dari Kitab Aqidatut Tauhid hal. 80-82)
Mudah-mudah dengan mengetauhi keburukan kemusyrikan kita lebih tergugah untuk berusaha menjauhinya dan merealisasikan kebalikannya yaitu tauhid.
Penyusun: Aditya Budiman bin Usman
Artikel: IndonesiaBertauhid.Com