Keutamaan Menuntut Ilmu Agama

Keutamaan Menuntut Ilmu Agama

 

Keutamaan Menuntut Ilmu Agama

 

Agama Islam yang mulia tegak di muka bumi dengan dua hal: pertama, dengan ilmu dan penjelasan; dan kedua, dengan perang dan senjata. Namun yang pertama lebih utama dibandingkan yang kedua. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan memerangi suatu kaum sebelum terlebih dahulu menyampaikan dakwah berupa ilmu dan penjelasan kepada mereka.

Cukuplah hal ini menjadi alasan mengapa ilmu adalah barang paling berharga dalam agama ini, dan mencarinya merupakan pencarian paling bermanfaat. Oleh karena itu, menuntut ilmu agama menjadi salah satu amalan shalih paling utama dan paling mulia dalam Islam.

Ada banyak sekali keutamaan menuntut ilmu agama. Namun, berikut ini kami sebutkan beberapa di antaranya, agar kita semakin bersemangat dalam menuntut ilmu.

 

  1. Jalan Tercepat Menuju Surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Ilmu akan membimbing seseorang untuk mengenal Allah, beribadah dengan benar, dan menjalani hidup sesuai syariat. Itulah sebabnya jalan ilmu disebut sebagai jalan tercepat dan termudah menuju surga. Siapapun yang meluangkan waktunya dan menyiapkan dirinya untuk mengkaji ilmu agama, membaca buku agama, atau berjalan menuju majelis ilmu, maka sejatinya id sedang berjalan menuju surga melalui jalur paling singkat.

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:

“Sesungguhnya ilmu mengantarkan kepada Allah melalui jalan yang paling dekat. Siapa yang menempuh jalan itu dan tidak menyimpang darinya, niscaya ia akan sampai kepada Allah dan surga melalui jalan yang paling dekat dan paling mudah. Ilmu ini akan menuntun pada berbagai jalan di dunia dan di akhirat untuk bisa masuk dalam surga.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 644)

 

  1. Ditinggikan Derajatnya

Allah Ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah: 11)

Bukan harta, bukan pula jabatan, tetapi ilmu yang menjadi sebab utama seseorang ditinggikan derajatnya dan dipuji oleh seluruh makhluk. Sungguh, Allah membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?” (QS. Az-Zumar: 9)

Jawabannya, tentu tidak. Tidak akan sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan orang yang mati, orang yang mendengar dengan orang yang tuli, dan orang yang melihat dengan orang yang buta.

 

  1. Warisan Para Nabi

Menuntut ilmu agama berarti mengambil warisan para nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Para Nabi tidak mewariskan kekayaan materi, tetapi ilmu yang akan terus membimbing umat. Siapapun yang mempelajarinya, dialah pewaris kemuliaan mereka. Meskipun kita hidup 15 abad setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, warisan itu tetap terbuka dan bisa kita dapatkan secara sempurna.

 

  1. Tanda Bahwa Seseorang Dikehendaki Kebaikan Oleh Allah

Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari, no. 71 dan Muslim, no. 1037)

Jika seseorang cerdas dalam urusan dunia, menguasai teknologi, namun tidak memahami ilmu agama, maka ia belumlah mendapatkan kebaikan sejati.

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan:

“Dapat disimpulkan dari hadits tersebut bahwa siapa yang tidak memahami agama, enggan mempelajari dasar-dasar Islam dan cabang-cabangnya, maka ia diharamkan untuk mendapatkan kebaikan.” (Fath Al-Bari, 1: 165)

 

  1. Nabi Tidak Pernah Meminta Tambahan Kecuali Ilmu

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaaha: 114)

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya), ’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu.” (Fath Al-Bari, 1: 141)

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu yang menjadikan seorang muslim mengetahui kewajibannya dalam ibadah, muamalah, serta mengenal Allah dan sifat-sifatNya, termasuk hak-hak Allah atas dirinya.”

 

  1. Ilmu Itu Abadi, Harta Akan Sirna

Siapa yang tidak mengenal Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu? Secara materi, beliau adalah orang miskin, tak memiliki harta untuk diwariskan. Tetapi ilmu yang beliau wariskan tetap hidup dan abadi hingga kini.

Ilmu yang kita ajarkan dan diamalkan akan terus mengalirkan pahala, bahkan setelah kita wafat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

 

Penutup

Menuntut ilmu agama adalah kewajiban setiap muslim, sesuai kemampuannya. Tidak harus menjadi ulama, tetapi setiap kita perlu mempelajari aqidah, ibadah, akhlak, dan aturan hidup dalam Islam. Karena ilmu itulah yang akan menuntun kita menjalani hidup dengan benar dan wafat dalam keadaan yang baik.

 

Referensi: Kitabul ‘Ilmi, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Ditulis oleh: Zulfahmi Djalaluddin, S.Si (Alumnus Ma’had Al-‘Ilmi, Yogyakarta)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *