Kiat Memperkuat Benteng Aqidah di Zaman Penuh Fitnah

Kiat Memperkuat Benteng Aqidah di Zaman Penuh Fitnah

Aqidah merupakan benteng utama seorang muslim. Semakin kuatnya aqidah seorang muslim, semakin kuat juga hatinya serta tidak mudah terombang-ambing dengan fitnah yang datang menerpa. Allah berfirman,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَرُونَ

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah memisalkan perkataan yang baik seperti pohon yang baik, akarnya menancap kokoh dan cabangnya (menjulang) sampai ke langit. Pohon itu menghasilkan buah setiap waktu atas izin Allah. Dan Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan bagi manusia agar mereka mengingatnya.” (QS. Ibrahim: 24-25)

As-Sa`di rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ketika akar pohon keimanan (aqidah) menancap kuat pada hati seorang muslim, maka ia akan memberikan pengaruh kebaikan seperti perkataan yang baik, amal yang baik, dan akhlak yang terpuji.

Kuatnya benteng aqidah bukan hanya melindungi keteguhan keyakinan saja, tetapi juga berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian. Hal ini sangat dibutuhkan seorang muslim, terlebih ketika ia berada di masa fitnah (cobaan dan godaan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِّنَ الدُّنْيَا

Artinya: “Bersegeralah melalukan amalan-amalan sebelum fitnah-fitnah datang  seperti gelapnya malam. Seseorang menjadi mukmin di pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari dan seseorang menjadi mukmin di sore hari kemudian menjadi kafir di pagi hari. Mereka menggadaikan agamanya hanya untuk dunia.” (HR. Muslim)

Ayat dan hadits ini menjelaskan bahwa fitnah akan datang kepada setiap manusia. Maka, aqidah-lah yang menjadi benteng dari fitnah tersebut. Seorang muslim wajib mempertahankan aqidahnya dengan mengetahui dan mengamalkan kiat-kiat yang dapat memperkuatnya, terlebih di zaman yang dipenuhi fitnah dan godaan. Di antara kiat-kiat tersebut adalah:

 

  1. Menuntut ilmu syar`i

Dengan menuntut ilmu syar`i, seorang muslim dapat mengenal Allah dan apa yang Allah perintahkan untuk diyakini lebih baik. Allah berfirman,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya: “Katakanlah apakah sama mereka yang mempunyai ilmu dan mereka yang tidak mempunyai ilmu, sesungguhnya mereka yang mengingat Allah adalah yang mempunyai ilmu yang menyerap pada hati mereka” (QS.  az-Zumar: 9)

 

Dan Allah juga berfirman,

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍۢ

Artinya: “Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang menuntut ilmu” (QS. al-Mujadilah: 11)

 

  1. Berzikir

Dengan berzikir, seorang muslim akan lebih mengingat Allah, hatinya akan lebih tunduk dan lebih tenang, serta dia akan semakin meghilangkan sifat sombong pada dirinya karena ia mengakui bahwa Allah-lah Yang Maha Segalanya. Allah berfirman,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan tenang dengan berzikir kepada Allah. Hanya dengan berzikir kepada Allah-lah hati akan tenang.” (QS. Ar-Ra`d: 28)

Ibnu Qoyyim rahimahullah menjelaskan di dalam kitabnya Al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib, “berzikir kepada Allah dapat mengokohkan keimanan, mengusir setan, serta membuka pintu-pintu ampunan dan hidayah.”

 

  1. Membaca Alquran

Alquran adalah Kalamullah yang dengan membacanya dapat menghadirkan ketenangan dalam hati serta mengokohkan dan menambahkan keimanan pada diri. Hal ini karena di dalam Alquran terdapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hati jika kita benar-benar mentadabburinya. Allah berfirman,

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah orang-orang yang jika diingatkan Allah, hati mereka akan bergetar, dan jika dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka keimanan mereka akan bertambah, dan mereka bertawakkal kepada Allah” (QS. Al-Anfal: 2)

 

  1. Berkumpul dan berteman dengan orang-orang shalih

Karakter pertemanan merupakan cerminan dari karakter diri, boleh jadi seseorang dapat memberikan pengaruh kepada pertemanannya dan boleh jadi sebaliknya. Maka, hendaknya seorang yang menjaga aqidahnya memperhatikan karakter pertemanan yang dia miliki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya. Maka, perhatikanlah kepada siapa kalian berteman dekat” (HR. Tirmizi)

 

  1. Memperbanyak amalan-amalan shalih

Dengan banyak melakukan amal-amal shalih, seorang muslim akan terhindar dari menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, terlebih lagi maksiat. Dengan amal-amal shalih tersebut, Allah akan memberikan kemudahan dalam mengokohkan aqidahnya. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menolong Allah maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kaki-kaki kalian” (QS. Muhammad: 7)

As-Sa`di rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa dengan melakukan amal shalih Allah akan menjadikan aqidah dan keimanan kita semakin kokoh

 

  1. Meninggalkan maksiat

Maksiat menyebabkan hati manusia menjadi hitam. Ketika hati manusia menjadi hitam maka akan lebih susah untuk menerima kebenaran dan semakin mudah terpapar fitnah-fitnah yang ada. Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا، نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا، حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ،

Artinya: “Sesungguhnya hamba jika dia berbuat dosa maka diberikan bintik hitam pada hatinya. Jika dia bertaubat dan meminta ampun maka hatinya dibersihkan dari bintik hitam. Jika dia mengulanginya maka ditambahkan kembali sampai bintik itu menutupi hatinya” (HR. Tirmizi)

 

  1. Berdoa kepada Allah agar hati selalu diteguhkan

Seorang yang mengaku beriman kepada Allah, dia meyakini bahwa yang memberikan dan mengambil sesuatu adalah Allah, termasuk di dalamnya kekuatan aqidah. Bahkan Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga berdoa kepada Allah agar hatinya diteguhkan pada jalan kebenaran, beliau mengajarkan doa melalui sabdanya,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Artinya : “Wahai Zat Yang Membolak-balikkan hati kuatkan hatiku pada agama-Mu.” (HR. Tirmizi)

Dan juga sabdanya,

يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي عَلَى طَاعَتِكَ

Artinya: “Wahai Zat Yang Mengubah kondisi hati, ubahlah hati kami agar senantiasa melakukan ketaatan pada-Mu.” (HR. Muslim)

 

  1. Tidak mengikuti ahli dunia

Dunia seharusnya bukan menjadi tujuan akhir seorang muslim. Seorang muslim hanya memfokuskan kehidupannya untuk akhirat. Jika seseorang terlalu terfokus menjadi ahli dunia atau mengikuti jejak ahli dunia, maka ia akan terlena dengan dunianya dari akhiratnya. Allah berfirman,

وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًۭا

Artinya: “Dan jangan kamu palingkan (menjauh) dari mereka (orang-orang beriman), karena kamu menginginkan dunia dan jangan patuhi mereka yang Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, mengikuti hawa nafsunya, dan keadaannya sudah melampaui batas.”  (QS. Al-Kahf: 28)

Sebagai benteng terakhir yang seorang muslim punya dari fitnah-fitnah, aqidah tidak boleh dibiarkan rapuh. Karena di tengah gelombang fitnah yang menerpa, satu-satunya benteng pertahanan yang mampu menahannya adalah aqidah yang kuat. Maka penguatan aqidah bukanlah sebuah pilihan, melainkan kebutuhan utama. Tanpanya, seseorang akan mudah terombang-ambing dengan ftnah-fitnah yang ada, baik dari syubhat maupun syahwat.

Semoga dengan melaksanakan kiat-kiat tersebut, Allah meneguhkan hati kita di atas agama-Nya, menjaga kita dari paparan fitnah yang memalingkan hati, dan menjadikan aqidah kita bagaikan pohon yang akarnya menancap kuat ke dalam hati dan cabangnya menjulang tinggi memberi manfaat bagi sekitar.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Insan Fathin, B.Sh.

Alumni Program Studi Syariah LIPIA Jakarta.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *