Tauhid sebagaimana dimaklumi bersama merupakan seadil-adil keadilan. Bagaimana tidak sebab tauhid adalah menunggalkan Sang Pencipta, Pemilik dan Pengatur Alam Semesta dalam hal-hal yang merupakan kekhususan-Nya. Kekhususan atau hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar adalah diesakan dalam peribadatan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya [21] : 25)
Ibnu Katsir (Wafat Tahun 774 H) Rohimahullah mengatakan,
فَكُلُّ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ يَدْعُو إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَالْفِطْرَةُ شَاهِدَةٌ بِذَلِكَ أَيْضًا
“Allah mengutus setiap nabi untuk menyeru, mengajak manusia untuk hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Fithrah manusia pun mengakui itu”.
Demikian pula kemusyrikan, maka dia adalah sezholim – zholim perkara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
“Kaum kami (orang-orang musyrik di masa ashabul kahfi -pen) ini telah menjadikan selain Dia sebagai sesembahan. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zholim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”. (QS. Al Kahfi [18] : 15)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezholiman yang sangat besar”. (QS. Luqman [31] : 13)
Untuk itu seorang muslim tentu perlu mengetahui jenis-jenis kemusyrikan untuk menjauhinya. Sebagaimana kata seorang penyair klasik,
عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوَقِّيهِ … وَمَنْ لَا يَعْرِفُ الشرَّ يَقَعْ فِيْهِ
“Aku mengetahui keburukan bukan untuk (melakukan) keburukan,
Tetapi agar mampu menjaga diri darinya
Siapa yang tidak tahu keburukan
(dikhawatirkan) dia akan terjerumus padanya”
Dikatan pula dalam sebuah syair,
وَالضِّدُّ يُظْهِرُ حُسْنَهُ الضِّدُّ وَبِضِدِّهَا تَتَبَيَّنُ الْأَشْيَاءُ
“Kebalikan mempejelas kebaikannya
Dengan lawannya jelaslah berbagai perkara”.
Kemusyrikan atau syirik pada dasarnya adalah sebagaimana yang disampaikan Ibnul Qoyyim (wafat Tahun 751 H) Rohimahullah,
حَقِيقَةُ الشِّرْكِ: هُوَ التَّشَبُّهُ بِالْخَالِقِ وَتَشْبِيهُ الْمَخْلُوقِ بِهِ
“Hakikat kesyirikan adalah menyamakan Allah dengan makhluk atau menyamakan makhluk dengan Allah”.
Kesyirikan ini terbagi menjadi 2 bagian besar,
- Syirik Akbar (Besar)
- Syirik Ashghor (Kecil)
Pertama : Syirik Akbar
Syirik akbar adalah syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam, mengekalkan pelakunya di neraka jika dia mati dalam keadaan belum bertaubat dari kemusyrikannya. Syirik besar ini pada dasarnya memalingkan sesuatu yang merupakan ibadah kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla. Misalnya berdo’a kepada selain Allah, menyembelih, bernadzar kepada selain-Nya. Termasuk kepada penghuni kubur, jin ataupun syaithon. Contoh lainnya khawatir/takut orang yang sudah mati, jin dan syaithon dengan sendirinya dapat memberikan kemudhorotan kepadanya. Misal lainnya berharap kepada selain Allah pada perkara yang mana pihak yang diharapkan tersebut tidak memiliki kuasa untuk itu, misalnya mengangkat bencana atau mendatangkan kemanfaatan. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudhoratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik langit dan tidak (pula) dibumi ?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)”. (QS. Yunus [10] : 18)
Ringkasnya sebagaimana yang disampaikan Syaikh Ahmad bin Sholeh Al Khuroishi Hafizhahullah bahwa barangsiapa yang menjadikan Allah dan selainnya sebagai sekutu dalam peribadatan maka sungguh dia telah melakukan syirik akbar.
Beliau juga mengatakan, “Syirik akbar disebut sebagai syirik akbar karena adanya syirik yang derajatnya di bawah itu, yaitu syirik ashghor”.
Syirik Akbar ini menyebabkan pelakunya kekal di neraka bila dia tidak bertaubat darinya, menghapus seluruh amalnya, menyebabkan harta dan darah pelakunya tidak terjamin di dalam Islam.
Kedua : Syirik Ashghor
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Syirik ashghor merupakan syirik yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam namun syirik ini dapat mengurangi tauhid serta merupakan washilah/ jalan menuju syirik akbar”.
Syaikh Ahmad bin Sholeh Al Khuroishi Hafizhahullah menyampaikan defenisi yang sangat bagus. Beliau mengatakan bahwa syirik ashghor itu adalah sesuatu yang disebutkan di dalam dalil baik Al Qur’an dan Sunnah sebagai kesyirikan namun tidak sampai pada derajat syirik akbar. Misalnya sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ وَأَشْرَكَ
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka sungguh dia telah kufur atau berbuat syirik”.
Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa orang yang bersumpah dengan selain nama Allah maka dia telah berbuat syirik. Namun tidak disebutkan bahwa perbuatan yang demikian itu dapat mengeluarkan seorang muslim dari Islam. Allahu a’lam.
Ringkasnya hukum asal syirik ashghor ini tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam kecuali jika pelakunya memiliki I’tiqod/ keyakinan atau maksud tertentu.
Syaikh Ahmad bin Sholeh Al Khuroishi Hafizhahullah juga mengatakan, “Syirik ashghor ini merupakan dosa yang paling besar setelah syirik akbar dan termasuk dosa besar yang paling besar. Bahkan sebagian ulama menilai bahwa orang yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik ashghor dan belum sempat bertaubat darinya ketika hidup maka dia akan diadzab di neraka sesuai tingkat kesyirikan yang dilakukannya (tidak diampuni). Namun dia tidak kekal di dalam neraka. Jika telah selesai kadar kesyirikannya maka dia akan masuk surga . Sesuai dengan Firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kemusyrikan dengan-Nya”. (QS. An Nisa [4] : 116)
Inilah aqidah ahlu sunnah wal jama’ah”.
Syirik jenis inilah yang amat dikhawatirkan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam atas kita. Beliau pernah bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ ” قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: ” الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik ashghor”. Para shahabat bertanya, “Apa itu syirik ashghor wahai Rosulullah ?” Beliau menjawab, “Riya’”.
Termasuk dalam syirik ashghor ini adalah riya’, sum’ah, memakai jimat, ucapan kalau bukan karena anda dan Allah, bersumpah dengan selain nama atau shifat Allah, tathoyyur, beranggapan sial, beramal karena ingin dunia dan lain-lain yang semisal.
Ibnul Qoyyim (wafat Tahun 751 H) Rohimahullah mengatakan,
وَأَمَّا الشَّرَكُ فِي الْإِرَادَاتِ وَالنِّيَّاتِ، فَذَلِكَ الْبَحْرُ الَّذِي لَا سَاحِلَ لَهُ، وَقَلَّ مَنْ يَنْجُو مِنْهُ، مَنْ أَرَادَ بِعَمَلِهِ غَيْرَ وَجْهِ اللَّهِ، وَنَوَى شَيْئًا غَيْرَ التَّقَرُّبِ إِلَيْهِ، وَطَلَبَ الْجَزَاءَ مِنْهُ، فَقَدْ أَشْرَكَ فِي نِيَّتِهِ وَإِرَادَتِهِ. وَالْإِخْلَاصُ: أَنْ يُخْلِصَ لِلَّهِ فِي أَفْعَالِهِ وَأَقْوَالِهِ وَإِرَادَتِهِ وَنِيَّتِهِ
“Adapun kesyirikan dalam keinginan dan niat (syirik ashghor) maka itu bak lautan yang tak berpantai. Sangat sedikit orang yang selamat darinya. Barangsiapa yang menginginkan selain Wajah Allah dari amalannya, beniat sesuatu (selain mendekatkan dirinya kepada Allah) dalam ibadahnya, mengharap balasan (duniawi) darinya maka sungguh dia telah terjatuh dalam kesyirikan terkait niat. Sedangkan ikhlas adalah memunrnikan niat hanya kepada Allah dalam seluruh perbuatan, ucapan dan niatnya”.
Namun demikian bukan berarti kita membiarkan bahkan memupuk syirik kecil itu (dalam hal ini riya’ dan sum’ah) tumbuh subur dalam diri kita. Bahkan kita diperintahkan untuk berusaha dan memohon perlindungan kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala agar terhindar darinya. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu (syirik) padahal aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu dari (kesyrikan -pen) yang aku tidak tahu”.
Ringkasan perbedaan syirik akbar dan syirik ashghor :
- Syirik akbar mengeluarkan pelakunya dari Islam sedangkan syirik ashghor tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam. Namun syirik ashghor mengurangi ketauhidan seseorang.
- Pelaku syirik akbar kekal di neraka sedangkan syirik ashghor tidak.
- Syirik akbar menghanguskan dan membatalkan seluruh amal sholeh sebelumnya sedangkan syirik ashghor hanya membatalkan amalan yang terkait dengannya.
- Syirik akbar dapat menyebabkan legalnya kehormatan, harta dan darah pelakunya sedangkan syirik ashghor tidak.
Namun perlu diingat point keempat tidak boleh diterapkan serampangan bahkan harus sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam Islam.
Terakhir, kesyirikan apapun sungguh besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan dosa yang ringan bahkan dosa terbesar di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Mari berusaha menjauhi seluruhnya.
Penyusun: Aditya Budiman bin Usman
Artikel: IndonesiaBertauhid.Com