Kata syahadat tentu tidak asing di telinga seorang muslim. Betapa tidak, 2 kalimat syahadat merupakan rukun Islam pertama. Namun demikian, ketika sebagian kita ditanya orang non muslim misalnya, ‘Apa itu syahadat ?’ Maka tak jarang kita tak mampu menjawabnya dengan tepat. Untuk merefresh kembali mari simak goresan ringkas berikut ini.
Makna Syahadat
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Syahadat adalah sebuah keyakinan yang tegas. Anggota tubuh yang mengikrarkan syahadat ini adalah lisan. Sehingga makna syahadat adalah keyakinan yang mantap/ tegas yang diungkapkan oleh lisan”.
Beliau juga mengatakan, “Syahadat/ persaksian identik dengan melihat suatu yang dipersaksikan atau mendengarnya. Ketika keyakinan hati/ i’tiqod ini menggambarkan suatu keyakinan yang kuat dan mantap maka digunakanlah redaksi syahadat. Inilah hikmah mengapa rukun Islam yang pertama digunakan ungkapan bersaksi/ syahadat bukan menyakini”.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan, “Aku bersyahadat/ bersaksi artinya aku mengikrarkan dalam hati dan aku ungkapkan melalui lisanku. Sebab syahadat itu merupakan ucapan lisan untuk mengungkapan apa yang ada di hati. Misalnya ketika anda sedang bersama hakim untuk bersaksi tentang si Fulan. Maka anda bersaksi dengan lisan untuk mengungkapkan apa yang ada di hati anda. Dipilihnya kata syahadat bukan ikrar sebab syahadat/ persaksian pada asalnya ungkapan karena telah menyaksikan sesuatu. Yaitu hadir dan melihat sesuatu yang dipersaksikan. Sehingga orang yang bersyahat/ bersaksi berarti dia mengabarkan apa yang ada di hatinya melalui ungkapan lisannya. Seolah-olah dia menyaksikan dengan mata kepada sendiri”.
Syaikh DR. Abdul Muhsin bin Muhammad Al Qosim Hafizhahullah terkait hikmah penggunakan kata syahadat/ persaksian untuk menggambarkan sebuah keyakinan yang kuat dan kokoh, “Untuk menjelaskan bahwa sesuatu yang diyakini itu benar-benar mantap. Sampaipun seolah-olah engkau melihat apa yang engkau yakini”.
Intinya makna syahadat adalah sebuah keyakinan yang kuat dan kokoh diungkapkan dengan lisan. Sampai seolah-olah orang yang bersyahadat melihat dengan mata kepalanya sesuatu yang diyakini dan dipersaksikannya.
Makna Syahadat Laa Ilaaha Illallah
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Makna Syahadat Laa Ilaaha Illallah adalah keyakinan dan ikrar bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang layak dipersambahkan ibadah kepadanya kecuali Allah. Konsekwensi dari syahadat ini adalah beramal dengannya. Maka makna Laa Ilaaha adalah tidak adanya keberhakan untuk diibadahi dalam bentuk apapun segala sesuatu selain Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan Illallah mengandung adanya penetapan keberhakan Allah Subhana wa Ta’ala semata untuk diibadahi. Maka makna kalimat syahadat Laa Ilaaha Illallah ini adalah tidak ada yang benar/ berhak disembah kecuali Allah. Jadi kalimat syahadat ini secara umum adalah tidak ada sesembahan yang benar disembah selain Allah”.
Adapun jika syahadat Laa Ilaaha Illallah dimaknai tiada Tuhan selain Allah maka makna ini hanya merupakan sebagian dari makna yang diinginkan dari makna syahadat Laa Ilaaha Illallah yang sebenarnya. Sebab jika dimaknai demikian makna hanya mencakup makna tauhid rububiyah saja dan tauhid ini pun diakui oleh orang-orang musyrik di zaman Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga, bila syahadat Laa Ilaaha Illallah dimaknai dengan tidak ada sesembahan kecuali Allah. Maka makna ini pun keliru, sebab konsekwensinya bahwa setiap yang disembah manusia itu (baik yang muslim maupun yang non muslim) berupa berhala dan yang lainnya berarti Allah. Dan ini tentu tidak benar dan batil. Sekali lagi makna yang tepat untuk syahadat Laa Ilaaha Illallah adalah tidak ada sesembahan yang benar disembah kecuali Allah Subhana wa Ta’ala. Atau dengan ungkapan lain tidak ada sesuatu apapun yang layak dipersambahkan ibadah apapun kepadanya kecuali Allah semata.
Syahadat Laa Ilaaha Illallah tidak cukup dengan sekedar ucapan lisan tanpa mengetahui maknanya dan memenuhi syarat-syaratnya yang insya Allah akan disampaikan pada artikel berikutnya.
Makna Syahadat Muhammad Rosulullah
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Pengakuan baik secara zhohir maupun bathin bahwasanya Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba Allah dan Rosul-Nya untuk seluruh manusia dan beramal dengan konsekwensi syahadat ini. Seperti menta’ati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan peringatkan serta beribadah kepada Allah hanya dengan apa yang beliau tuntunkan”.
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan, “Ada 4 hal yang tidak akan sempurna syahadat Muhammad Rosulullah kecuali dengannya :
Pertama : Setiap yang beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan maka sudah seharusnya dita’ati dan dilaksanakan. Perintah tersebut dapat saja berstatus wajib ataupun mustahab/ dianjurkan.
Kedua : Membenarkan setiap kabar yang beliau kabarkan. Oleh sebab itu orang yang mendustakan kabar dari Rosulullah maka dia bukanlah orang yang benar-benar merealisasikan syahadat Muhammad Rosulullah. Sebab Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengabarkan dari hawa nafsunya melainkan wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Ketiga : Menjauhi semua hal yang beliau peringatkan dan larang. Banyak orang yang melanggar hal ini. Sehingga mereka melanggar apa yang beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam larang baik terkait ucapan lisan, amal ibadah, muamalah, adab dan sikap. Ini merupakan dalil yang menunjukkan lemahnya iman orang tersebut.
Keempat : Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan. Makna keempat ini merupakan makna yang menunjukkan rukun/ asas dari berbagai rukun ibadah dan beragama. Yaitu ibadah itu bukanlah sesuai keinginginan hawa nafsu dan perbuatan mengada-ada yang tidak dicontohkan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pula hasil ijtihad yang tidak berdasarkan dalil yang benar. Ibadah itu hanyalah dibangun di atas apa yang dibawa syariat Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam”.
Syaikh DR. Abdul Muhsin bin Muhammad Al Qosim Hafizhahullah mengatakan, “Syahadat bahwasanya Muhammad Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah maksudnya semata-mata ucapan lisan. Namun ucapan lisan dan beramal dengan konsekwensi maknanya. Sebab paman beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Tholib dan banyak orang kafir Quroisy mengakui dengan lisan mereka bahwa Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang jujur dan benar, serta agama yang dibawanya juga baik. Akan tetapi pengakuan ini tidak memasukkan mereka ke dalam Islam”.
Mudah-mudah artikel ini berguna bagi kaum muslimin sekalian sehingga dapat menguatkan dan memantapkan 2 kalimat syahadat kita. Amin.
Penyusun: Aditya Budiman bin Usman
Artikel: IndonesiaBertauhid.Com