Miris hati kita melihat kondisi umat Islam sekarang ini, kita betul-betul dalam kondisi lemah. Musuh-musuh islam baik dari dalam maupun luar tak henti-hentinya merongrong umat Islam. Keadaan umat Islam ini persis sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi dalam haditsnya,
يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها ” ، فقال قائل : ومن قلة نحن يومئذ ؟ قال : ” بل أنتم يومئذ كثير ، ولكنكم غثاء كغثاء السيل ، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن في قلوبكم الوهن ” ، فقال قائل : يا رسول الله وما الوهن ؟ قال : ” حب الدنيا ، وكراهية الموت ”
“Hampir-hampir para umat (selain Islam) berkumpul (bersekongkol) menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya.” Lalu bertanya seseorang, “Apakah kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan ke dalam hati-hati kalian wahn (kelemahan).” Maka seseorang bertanya, “Wahai Rasulullaah, apakah wahn itu?”. Kata beliau, “Cinta dunia dan takut mati.
HR Abu Dawud, no. 4297; Ahmad (5/278); Abu Nu’aim di dalam Hilyatul-Auliya’ (1/182). Hadits shahih lighairihi.
Ya, Nabi mengabarkan bahwa di akhir zaman ini jumlah umat Islam akan sangat banyak, akan tetapi sayangnya kualitas dari umat ini amat sangat rendah, sampai-sampai musuh-musuh Islam pun tak takut lagi kepada umat Islam. Rasa takut ini telah dicabut oleh Allah dari hati musuh-musuh Islam dikarenakan kesalahan umat Islam. Kesalahan yang Nabi juga telah sebutkan pada hadits di atas, yakni banyaknya umat Islam yang cinta kepada dunia dan takut mati. Dalam hadits lain, beliau Shollallahu alaihi wasallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual-beli ‘inah (semacam riba), kalian memegangi ekor-ekor sapi, kamu puas dengan tanaman, dan kamu meninggalkan jihad, (maka) Allah pasti akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Dia tidak akan menghilangkan kehinaan itu, sehingga kalian kembali menuju agama kalian”.
(HR Abu Dawud, no. 3462; Al-Baihaqi (5/316); ad-Daulabi di dalam Al-Kuna (2/65); Ahmad, no. 4825; dan lain-lain. Hadits ini memiliki banyak jalan, sehingga dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam ash-Shahihah, no. 11)
Jauh dari agama, banyak bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan menyebabkan umat Islam akan tertimpa kehinaan. Nabi juga telah menyebutkan bahwa umat Islam tidak akan kembali jaya, mereka akan tetap hina selama mereka tidak kembali ke agama mereka.
Timbul pertanyaan di dalam diri kita, apa yang harus kita mulai demi mengembalikan kejayaan umat Islam? Dakwah dalam hal apa yang harus kita prioritaskan agar umat ini tidak terus dalam kehinaan?
Allah berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl : 36)
Pada ayat di atas, Allah mengabarkan kepada kita bahwasanya dakwah Para Nabi dan Rasul yang paling utama adalah dakwah dalam perkara Akidah, dalam hal tauhid. Inilah yang merupakan inti dari dakwah para Nabi dan Rasul. Perkara Akidah merupakan perkara yang paling krusial untuk didakwahkan kepada umat Islam saat ini, karena saat ini banyak umat Islam yang telah jauh menyimpang dari dasar Akidah mereka.
Oleh karena sebab Akidahlah sehingga selama 13 tahun Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mendakwahkan perkara ini kepada Para Sahabat. Hasilnya? Lahirlah generasi-generasi yang kuat keimanannya, yang tidak mudah menjual akidahnya hanya demi secuil dunia, generasi yang hanya menggantungkan diri kepada Allah, beribadah kepada Allah semata, generasi yang rendah hati karena mereka paham segala keberhasilan dalam perkara dunia maupun akhirat merupakan karunia dari Allah semata.
Perkara tauhid merupakan perkara dakwah yang sayangnya banyak dihindari oleh para ustadz di masyarakat. Sebagian mereka lebih mengutamakan masalah akhlak terhadap sesama manusia, namun apalah artinya akhlak baik kepada sesama sementara akhlaknya buruk terhadap Sang Pencipta ( yakni dengan berbuat kesyirikan -) ?
Sebagian lagi mendakwahkan masalah kekuasaan, pokoknya kita harus berkuasa terlebih dahulu baru dakwah dalam hal akidah, menegakkan syariat Islam akan lebih mudah kita laksanakan, pikir mereka. Namun kenyataannya, betapa banyak orang yang mengedepankan masalah ini tetapi mereka tidak mampu mewujudkan syariat Islam ketika mereka berkuasa? Ya, mereka terpaksa berkompromi dengan masyarakat yang belum siap terhadap syariat Islam. Masyarakat yang tidak memiliki akidah tauhid yang benar tidak akan siap, dan tidak akan pernah siap untuk melaksanakan syariat Islam.
Berkaitan dengan masalah kekuasaan ini, Nabi dulu pernah ditawarkan kekuasaan ketika berdakwah, sebagaimana disebutkan dalam hadits, kaum Quraisy pernah mendatangi Nabi, dan di antara perkataan mereka adalah
وَإِنْ كُنْت تُرِيدُ بِهِ مُلْكًا مَلّكْنَاك عَلَيْنَا
“Jika yang Engkau inginkan adalah menjadi Raja, maka akan kami angkat Engkau menjadi Raja atas kami.”
Namun, apa yang dilakukan oleh Nabi? Apakah beliau berpikiran, “Lebih baik saya terima dulu kekuasaan ini, akan lebih mudah saya berdakwah jika saya telah berkuasa”? tidak, akan tetapi beliau menjawab,
مَا بِي مَا تَقُولُونَ مَا جِئْتُ بِمَا جِئْتُكُمْ بِهِ أَطْلُبُ أَمْوَالَكُمْ وَلَا الشّرَفَ فِيكُمْ وَلَا الْمُلْكَ عَلَيْكُمْ وَلَكِنّ اللّهَ بَعَثَنِي إلَيْكُمْ رَسُولًا ، وَأَنْزَلَ عَلَيّ كِتَابًا ، وَأَمَرَنِي أَنْ أَكُونَ لَكُمْ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ، فَبَلّغْتُكُمْ رِسَالَاتِ رَبّي ، وَنَصَحْتُ لَكُمْ فَإِنْ تَقْبَلُوا مِنّي مَا جِئْتُكُمْ بِهِ فَهُوَ حَظّكُمْ فِي الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَإِنّ تَرُدّوهُ عَلَيّ أَصْبِرْ لِأَمْرِ اللّهِ حَتّى يَحْكُمَ اللّهُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ
“Aku tidak menginginkan tawaran kalian. Aku tidaklah datang dengan membawa misi-misi itu. Aku tidak meminta harta-harta kalian, tidak pula kemuliaan di tengah-tengah kalian, dan tidak pula meminta tahta kerajaan atas kalian. Akan tetapi, Allah mengutusku kepada kalian sebagai seorang Rasul, menurunkan kepadaku sebuah kitab, dan memerintahkanku untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada kalian. Aku telah menyampaikan risalah Rabb-ku kepada kalian dan telah menasihati kalian. Jika kalian menerima apa yang aku bawa, maka itulah keberuntungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian menolaknya, maka kewajibanku adalah bersabar atas urusan Allah tersebut sampai Allah memutuskan (perkara) antara aku dengan kalian.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam di dalam As-Sirah, 1/295 dari Ibnu Ishaq.
Ya, kekuasaan bukanlah tujuan utama dalam dakwah, Allah akan menganugerahkan kekuasaan kepada umat Islam jika akidah masyarakat sudah benar. Inilah yang terjadi di kota Madinah, negeri Islam yang pertama.
Di antara bukti lain bahwasanya perkara Aqidah, perkara tauhid merupakan perkara yang paling utama dan pertama dalam berdakwah adalah perkataan Nabi kepada Sahabat Muadz bin Jabal rodhiyallahu anhu ketika beliau mengutusnya untuk mendakwahi ahlul kitab.
إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْـمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allâh.” (HR. Bukhari – Muslim)
Lihatlah bagaimana Nabi memerintahkan Muadz untuk memprioritaskan dakwah tauhid terlebih dahulu. Nabi paham bahwasanya jika seseorang sudah menerima tauhid dengan benar, akan lebih mudah baginya untuk melaksanakan syariat Islam lainnya yang merupakan konsekuensi dari pengamalan tauhid ini.
Oleh karena itulah, hendaknya yang menjadi prioritas utama dalam dakwah kita adalah perihal perbaikan aqidah dalam berbagai aspeknya. Dakwah dalam hal lain memang penting dan perlu, namun jangan lupa untuk senantiasa menyisipkan permasalahan tauhid dalam isi dakwah kita.
Penyusun : Ustaz Boris Tanesia
Artikel : IndonesiaBertauhid.Com